Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran Berdiferensiasi
oleh Devita Vuri
Calon Guru Penggerak Angkatan 6
Setelah saya mempelajari Modul
2.1 tentang Pembelajaran Berdiferensiasi, pemikiran saya berubah mengenai cara
memberikan pembelajaran kepada siswa. Pembelajaran berdiferensiasi adalah
serangkaian keputusan masuk akal yang dibuat guru yang berorientasi pada kebutuhan
murid. Pembelajaran Berdiferensiasi menitikberatkan pada Pemenuhan Kebutuhan
Murid yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang didefernsiasikan dengan
jelas, cara guru menanggapi atau merespon, lingkungan belajar yang mengundang
murid untuk belajar, manajemen kelas yang efektif dan penilaian berkelanjutan.
Ada 3 hal yang dilihat untuk
memenuhi kebutuhan murid, yaitu: Kesiapan belajar murid, Minar murid dan Profil
belajar murid. Ketiga hal tersebut merubah pemikirn saya terhadap kontribusi
dalam menerapkan Pembelajaran Berdifernsiasi di kelas. Sebagai contoh, saat
akan memberikan suatu materi baru, saya melihat dulu bagaimana kesiapan siswa
di kelas, setelah itu merancang pembelajaran yang sesuai dengan minat dan
profil siswa. Dalam hal ini, merancang pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai
dengan gaya belajar siswa (seperti kinestetik, audio visual, dan sebagainya).
Hal ini sesuai dengan strategi berdiferensiasi yang dibagi menjadi 3, yaitu:
Diferensiasi Konten, Diferensiasi Proses dan Diferensiasi Produk.
Merancang strategi untuk membuat
pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi langkah dalam menghadapi tantangan penerapannya.
Strategi diferensiasi konten berupa merancang perbedaan jenis materi yang akan
diberikan kepada siswa. Strategi diferensiasi proses merupakan perbedaan dalam
proses pembelajarannya (dapat diberikan berupa video pembelajaran, atau membaca
dengan seksama teks wacana yang berkaitan), sedangkan diferensiasi produk
adalah merancang hasil asesmen siswa dengan produk yang berbeda-beda sesuai
dengan minat dan kesukaan mereka.
Oleh karena itu, Pembelajaran
berdiferensiasi merupakan sebuah pembelajaran yang menkankan pada kebutuhan
siswa. Hal ini sejalan dengan Pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa seorang guru
harus menghamba pada siswanya. Artinya, guru benar-benar memperhatikan kebutuhan
para siswanya dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan siswa tersebut. Selain itu,
guru juga menyiapkan sarana dan prasana yang mendukung untuk menumbuhkan minat
dan kesukaan siswa melalui proses pembelajaran yang dirancang dengan strategi
diferensiasi.
Ungkapan yang menyebutkan bahwa
guru diibaratkan petani dan para siswa adalah bibit yang akan ditanam oleh petani
itu sejalan dengan pembelajaran berdiferensiasi ini. Hal ini dikarenakan, saat
petani menyiapkan lahan yang subur, kemudian merawat dan menjaga bibit ini agar
dapat tumbuh dengan optimal tentu melihat dengan seksama jenis bibit apa yang
sedang dirawatnya. Tidak mungkin memberikan perawatan yang sama pada benih padi
dan mangga. Hal ini harus dilihat berdasarkan karakteristiknya (pengetahuan
awal mengenai siswa), kemudian media tanamnya (dapat berupa gaya belajar siswa)
dan kemudian apa yang ingin dihasilkan pada benih tersebut. Jika petani
memperhatikan itu semua, tentu benih yang dirawatnya akan tumbuh optimal. Dan
hal ini sama seperti siswa, yang diberikan proses pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhannya.
Komentar
Posting Komentar